Rabu, 21 Oktober 2009

Ekologi

Susunan Dan Macam Ekosistem

Aksi Interaksi

by: Ajo


Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem.

1. Susunan Ekosistem

Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut.

a. Komponen autotrof

(Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan).

Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.

b. Komponen heterotrof

(Heteros = berbeda, trophikos = makanan).

Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.

c. Bahan tak hidup (abiotik)

Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.

d. Pengurai (dekomposer)

Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.

2. Macam-macam Ekosistem

Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.

a. Ekosistem darat

Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.

1. Bioma gurun

Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput.

Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.

2. Bioma padang rumput

Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular

3. Bioma Hutan Basah

Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.

Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.

4. Bioma hutan gugur

Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang,

Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).

5. Bioma taiga

Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.

6. Bioma tundra

Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.

Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.

b. Ekosistem Air Tawar

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.

Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.

Adaptasi tumbuhan

Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.

Adaptasi hewan

Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.

Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.

1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme.

2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.

a. Plankton;

terdiri alas fitoplankton dan zooplankton;

biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.

b. Nekton;

hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.

c. Neuston;

organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau

bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.

d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung

pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.

e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada

endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas,

misalnya cacing dan remis. Lihat Gambar.

Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.

1. Danau

Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi.

Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar.

Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.

a) Daerah litoral

Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.

Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.

b. Daerah limnetik

Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih

dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai

fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang

berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama

musim panas dan musim semi.

Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-

udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-

ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian

ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.

c. Daerah profundal

Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau.

Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi

seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah

limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.

d. Daerah bentik

Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos

dan sisa-sisa organisme mati.

Gbr. Empat Daerah Utama Pada Danau Air Tawar

Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut :

a. Danau Oligotropik

Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan

kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak

produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,

dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.

b. Danau Eutropik

Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan

kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya

adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan

oksigen terdapat di daerah profundal.

Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.

Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.

2. Sungai

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.

Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.

Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.

Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.

Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.

c. Ekosistem air laut

Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.

1. Laut

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.

Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.

1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.

a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.

b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya

matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.

c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m

d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari

pantai (1.500-10.000 m).

2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari

tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.

a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman

air sekitar 200 m.

b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam

an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.

c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman

200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.

d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai

4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar

matahari tidak mampu menembus daerah ini.

e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman

lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan

ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di

tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang

tertentu.

Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.

2. Ekosistem pantai

Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut.

Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.

Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.

Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.

Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.

Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut.

1. Formasi pes caprae

Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).

2. Formasi baringtonia

Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina.

Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.

Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.

3. Estuari

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.

Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.

Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.

4. Terumbu karang

Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.

Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.

Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

Seluruh ekosistem di dunia disebut biosfer. Dalam biosfer, setiap makhluk hidup menempati lingkungan yang cocok untuk hidupnya. Lingkungan atau tempat yang cocok untuk kehidupannya disebut habitat. Dalam biologi kita sering membedakan istilah habitat untuk makhluk hidup mikro, seperti jamur dan bakteri, yaitu disebut substrat.

Dua spesies makhluk hidup dapat menempati habitat yang sama, tetapi tetap memiliki relung (nisia) berbeda. Nisia adalah status fungsional suatu organisme dalam ekosistem. Dalam nisianya, organisme tersebut dapat berperan aktif, sedangkan organisme lain yang sama habitatnya tidak dapat berperan aktif. Sebagai contoh marilah kita lihat pembagian nisia di hutan hujan tropis.

Siklus Biogeokimia

Biologi Kelas 1 > Aksi Interaksi 32

Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumf. Materi yang berupa unsurunsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan Materi dasar makhluk hidup dan tak hidup.

Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi jugs melibatkan reaksireaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.

Siklus-siklus tersebut antara lain: siklus air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus sulfur. Di sini hanya akan dibahas 3 macam siklus, yaitu siklus nitrogen, siklus fosfor, dan siklus karbon.

1. Siklus Nitrogen (N2)

Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir.

Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan ion nitrat (N03- ).

Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen. Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem. Lihat Gambar.

2. Siklus Fosfor

Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah).

Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus. Lihat Gambar

3. Siklus Karbon dan Oksigen

Di atmosfer terdapat kandungan COZ sebanyak 0.03%. Sumber-sumber COZ di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik.

Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi.

Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar C02 di udara.

Di ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di air. Lihat Gambar

Aliran Energi

Biologi Kelas 1 > Aksi Interaksi

Energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Energi diperoleh organismee dari makanan yang dikonsumsinya dan dipergunakan untuk aktivitas hidupnya.

Cahaya matahari merupakan sumber energi utama kehidupan. Tumbuhan berklorofil memanfaatkan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Organisme yang menggunakan energi cahaya untuk merubah zat anorganik menjadi zat organik disebut kemoautotrof Organisme yang menggunakan energi yang didapat dari reaksi kimia untuk membuat makanan disebut kemoautotrof

Energi yang tersimpan dalam makanan inilah yang digunakan oleh konsumen untuk aktivitas hidupnya. Pembebasan energi yang tersimpan dalam makanan dilakukan dengan cara oksidasi (respirasi).

Golongan organisme autotrof merupakan makanan penting bagi organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri misalnya manusia, hewan, dan bakteri tertentu. Makanan organisme heterotrof berupa bahan organik yang sudah jadi.

Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen, konsumen primer, konsumen tingkat tinggi, sampai ke saproba di dalam tanah. Siklus ini berlangsung dalam ekosistem.

Suksesi

Biologi Kelas 1 > Aksi Interaksi

SUKSESI

Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang masa. Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai suksesi ekologis atau suksesi.

Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis).

Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.

1. Suksesi primer

Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi. Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karma aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.

Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terns mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.

2. Suksesi Sekunder

Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, balk secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.

Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.



tugas makalah
EKOLOGI HUTAN BASAH

BY AJO



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah -Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Hutan Basah” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa kami sampaikan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan syafa’at bagi kita membimbing dari zaman kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, mudah -mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran selalu kami tunggu guna kesempurnaan.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada segenap teman - teman yang telah membantu baik secara moril maupun tenaga guna penyelesaian makalah ini. Juga kepada pihak terkait yang membantu kelancaran penyusunan makalah ini kami ucapkan banyak terima kasih.
Akhirnya kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan permohonan maaf yang sebesar - besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Cirebon , Oktober 2009


Penyusun









BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan merupakan habitat berbagai jenis organisme, dari organisme tingkat rendah hingga organisme tingkat tinggi yang hidup bersama - sama dan saling ketergantungan. Dalam ekosistem hutan, terdapat organisasi kehidupan dalam skala luas. Oleh karena itu, pelestarian hutan sama halnya dengan pelestarian kehidupan makhluk hidup.
Menurut Marsono (1991), Aktivitas biologis tanah lebih bertumpu pada lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut sekitar 80% terdapat pada top soil saja. Kenyataan - kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hutan tropika basah merupakan ekosistem yang rapuh (fragile ecosystem), karena setiap komponen tidak bisa berdiri sendiri. Disamping itu dijumpai pula fenomena lain yaitu adanya ragam yang tinggi antar lokasi atau kelompok hutan baik vegetasinya maupun tempat tumbuhnya.

B. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini antara lain untuk mengetahui :
o Karakteristik hutan basah
o Pengaruh kehidupan manusia pada hutan basah
o Fungsi hutan basah
o Permasalahan yang terjadi di dalam ekosistem hutan basah dan solusinya

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dijelaskan dalam makalah ini antara lain :
o Bagaimana karakteristik hutan basah?
o Bagaimana pengaruh kehidupan manusia pada hutan basah?
o Apa fungsi hutan basah?
o Apa saja permasalahan yang terjadi di dalam ekosistem hutan basah dan solusinya?

BAB II
PEMBAHASAN
HUTAN BASAH

Hutan basah yaitu hutan yang umumnya terdapat di daerah tropika dan subtropika meliputi semenanjung Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, Australia Bagian Utara, Indonesia, dan Malaysia. Di hutan ini terdapat beraneka jenis tumbuhan yang dapat hidup karena mendapat sinar matahari dan curah hujan yang cukup.
Pada umumnya terletak di daerah katulistiwa dan merupakan ekosistem dengan keanekaragaman yang tinggi. Karena mendapat sinar matahari sepanjang tahun dan kontak dengan air tawar sangat mudah.

A. Karakteristik Hutan Basah
o Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm / tahun.
o Pohon - pohon utama memiliki ketinggian antara 20 - 40 m.
o Cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun.
o Suhu sepanjang hari sekitar 25°C.
o Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus dasar hutan.
o Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah / di bawah kanopi (daun pada pohon - pohon besar yang membentuk tudung).
o Jenis tumbuhan yang hidup di daerah hutan basah antara lain : pohon, ramin, pohon rengas, rotan manau, tumbuhan pencekik pohon, dan pohon jelutung.

Flora dan fauna hutan basah
Faunanya antara lain adalah :
o Berbagai jenis burung yang hidup di tudung pohon ; Burung hantu.
o Berbagai jenis kera, Siamang, orang utan.
o Tupai, macan kumbang, harimau, gajah, rusa, kalong, kelelawar, kucing hutan, babi hutan, dan lain - lain.
o Berbagai jenis serangga. Semut merah, lebah madu, dan lain - lain.
Floranya antara lain :
o Di hutan Arizona benua Amerika. Pohon maple, secropia, dan lain - lain.
o Di lembah Kongo benua Afrika. Pohon akasia, peak, dan lain - lain.
o Di hutan Sumatra Asia tenggara. Pohon meranti, durian, beringin, dan lain - lain.
o Di Australia sebelah utara. Pohon eucalyptus atau pohon minyak kayu putih.

B. Pengaruh Kehidupan Manusia Pada Hutan Basah
Hutan mempunyai peran yang sangat penting pada lingkungan secara menyeluruh. Sejak zaman dahulu, hutan telah menyediakan makanan dan tempat tinggal, tempat berlindung dan bersembunyi dari pemangsanya, serta banyak lagi manfaat lainnya.
Walau hutan punyai pengaruh positif pada kehidupan manusia, manusia memberikan perlakuan yang sangat buruk pada hutan. Setiap tahun, lebih dari 2 milyar ton kayu gelondongan ditebang di hutan - hutan seluruh dunia. Sebagian besar hutan yang hilang itu terdapat di negara - negara berkembang di mana kayu digunakan sebagai bahan bakar dan pohon - pohon disingkirkan untuk keperluan pertanian. Untuk kebutuhan komersial, pohon dalam jumlah yang sangat besar musnah setiap tahun.
Pemanfaatan tanaman dan binatang
Didaerah tropis, banyak lahan hutan hilang seiring dengan bertambahnya populasi yang membutuhkan lahan pertanian dan peternakan. Pertanian “berpindah” dengan membakar hutan masih dilakukan. Hutan basah hilang 70.000 kilometer persegi setiap tahunnya. Berdasarkan perkiraan para ahli, akibat penggundulan hutan, lebih dari 100 spesies tumbuhan dan binatang punah. Ketika lahan tidak lagi bisa mendukung pertanian, maka lahan itu diterlantarkan, kemudian hutan di tempat lain ditebang. Akibatnya, banyak binatang dan tumbuhan kehilangan habitatnya secara permanen.
Mutu lingkungan
Perusakan hutan tidak sekedar berarti kehilangan keindahan dan produk yang dihasilkannya. Mutu air juga terpengaruh. Karena pepohonan hilang, humus juga hilang, akibatnya air hujan tidak lagi meresap ke dalam tanah tetapi langsung mengalir, sehingga air bawah tanah tidak diganti. Permukaan tanah juga terbawa oleh air. Tanah subur ini akhirnya mengendap di parit dan sungai, dan bila tanah yang mengendap cukup besar jumlahnya, maka ikan akan mati.
Akibat perusakan hutan, mutu udarapun menurun. Tumbuhan tidak saja melepas oksigen kembali ke udara, tetapi daunnya juga menampung jelaga dan debu, kemudian jelaga dan debu itu tersiram hujan dan jatuh ke tanah. Karena pepohonan ditebang, jelaga dan debu tetap di udara dan mengakibatkan polusi udara. Polusi udara juga membantu merusak hutan, di daerah yang terpolusi tumbuhan meranggas karena keracunan asam, sakit, kemudian mati.
Karena mobil menjadi semakin populer, karbondioksida yang dihasilkannya, serta gas - gas lain yang tidak dikehendaki semakin menumpuk di atmosfir. Para ilmuwan yakin bahwa gas - gas ini membantu meningkatkan suhu bumi (efek rumah kaca). Karena hutan membantu menghilangkan kabondioksida dari udara, menebangnya berarti mendorong terjadinya pemanasan global. Kalau bumi bertambah panas, banyak spesies tumbuhan dan binatang akan punah.
Pengelolaan hutan
Kebanyakan hutan basah dan hutan tropis berada di Negara - negara yang belum berkembang, yang membutuhkan sumber daya hutan untuk keperluan ekonomi. Sejak tahun 1945, lebih dari 40% hutan tropis di dunia ditebang, diperkirakan tahun 2005 ada 15% hutan lagi yang hilang. Namun beberapa negara menyadari bahwa mereka harus memanfaatkan sumber daya mereka dengan bijak, dan pelestarian hutan sekarang mulai dilakukan. Malaysia dan Uganda misalnya, memanfaatkan kayunya dengan lebih bijaksana, dan program penanaman kembali mulai dilakukan di Gabon dan Zambia.
Pada kenyataannya penggundulan hutan merupakan penyebab kedua yang menyumbangkan emisi karbon setelah penggunaan bahan bakar fosil.
Walau penanaman kembali hutan tidak akan bisa memulihkannya kembali seperti semula, namun itu jauh lebih baik dibandingkan kalau hutan yang sudah gundul itu diterlantarkan.


C. Fungsi Hutan Basah
Hutan basah berfungsi bagi ekosistem global antara lain :
o Menyediakan rumah bagi banyak tumbuhan dan hewan;
o Membantu menstabilkan iklim dunia;
o Melindungi dari banjir, kekeringan, dan erosi;
o Sumber dari obat - obatan dan makanan;
o Menyokong kehidupan manusia suku pedalaman;
o Tempat menarik untuk dikunjungi.

D. Permasalahan Di Dalam Ekosistem Hutan Basah dan Solusinya
Fakta dan Permasalahan
Manusia adalah penyebab utama hilangnya hutan. Manusia menebangi hutan basah dengan banyak alasan, antara lain :
o Kayu untuk bangunan dan kayu untuk membuat api;
o Agrikultur untuk pertanian kecil maupun besar;
o Tanah untuk petani miskin yang tidak punya tempat lain untuk tinggal;
o Tanah berumput untuk memberi makan ternak;
o Pembangunan jalan.
Saat ini dan pada masa - masa mendatang hutan basah banyak memperoleh perhatian dari kalangan ahli lingkungan atau kehutanan dunia. Alasan utamanya adalah bahwa, 1). Hutan basah merupakan komunitas yang paling banyak mengabsorpsi energi matahari yang sangat berpengaruh terhadap iklim bumi melalui evapotranspirasinya. 2). Hutan basah memainkan peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan Carbon global. 3). Sebagai daerah / kawasan dengan laju pertambahan populasi penduduk tinggi maka hutan basah akan semakin terancam keberadaannya di masa mendatang (Uchijima, 1991).
Berubahnya lingkungan diawali oleh adanya penebangan hutan. Walau penebangan hutan dapat dilakukan dalam aturan tertentu yang mengurangi kerusakan lingkungan, kebanyakan penebangan di hutan basah sangat merusak. Pohon - pohon besar ditebangi dan diseret sepanjang hutan, sementara jalan akses yang terbuka membuat para petani miskin mengubah hutan menjadi lahan pertanian. Di Afrika para pekerja penebang hutan menggantungkan diri pada hewan - hewan sekitar untuk mendapatkan protein. Mereka memburu hewan - hewan liar seperti gorila, kijang, dan simpanse untuk dimakan.
Dampaknya dapat berakibat pada degradasi lahan, menurunnya suplai air, erosi, pemadatan tanah dan pencucian hara, kerusakan vegetasi dan emisi gas rumah kaca. Diperkirakan bahwa pertumbuhan dan laju regenerasi menurun pada areal yang terkena kerusakan yang diantaranya disebabkan oleh rusaknya hutan dan menurunnya produktivitas lahan yang terjadi setelah penebangan. Penebangan hutan baik selektif maupun clear cutting, dan kebakaran hutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rusaknya ekosistem.

Beberapa langkah untuk menyelamatkan hutan basah dalam skala yang lebih luas, ekosistem di seluruh dunia adalah fokus “TREES”.
o Teach other about the importance of the environment and how they can help save rainforests. (Ajarkan orang lain tentang pentingnya lingkungan dan bagaimana mereka bisa membantu menyelamatkan hutan basah).
o Restore damaged ecosystems by planting trees on land where forest have been cut down. (Memperbaiki ekosistem yang rusak dengan menanam pepohonan di wilayah dimana hutan telah ditebangi).
o Encourage people to live in a way that doesn’t hurt the environment. (Anjurkan orang - orang untuk hidup dengan cara yang tidak merusak lingkungan).
o Establish parks to parotect rainforest and wildlife (Dirikan taman - taman yang dapat melindungi hutan basah dan alam lainnya).
o Support companies that operate in ways that minimize damage to the environment (Dukung perusahaan - perusahaan yang bekerja dalam aturan yang meminimalkan kerusakan terhadap lingkungan).

Dalam rangka mencoba melindungi hutan basah, kita juga butuh untuk melihat bagaimana hutan yang rusak dapat disehatkan kembali. Walaupun tidak mungkin untuk menanam kembali sebuah hutan basah, beberapa hutan basah dapat memulihkan diri setelah ditebangi terutama jika mereka mendapat bantuan melalui penanaman pohon kembali. Di beberapa kasus, bisa juga menggunakan lahan hutan yang telah ditebangi untuk dijadikan lahan pertanian sehingga dapat menyediakan makanan bagi orang - orang di sekitarnya. Saat mereka telah memiliki makanan, mereka tidak butuh untuk menebang lebih banyak hutan untuk menanam tanaman.

Monday, February 4, 2008
Penggundulan Hutan Basah

Bumi makin panas. Hutan tropik basah hancur dibabat habis. Ulah sebagian manusia yang sakit, yang suka membabat dan mengunduli hutan. Perusakan lingkungan sudah berjalan puluhan tahun. Tetapi hanya di tahun - tahun terakhir ini saja manusia menyadari kemungkinan dampaknya yang sangat serius. Pemanasan global. Mantan wakil presiden Amerika, Al Gore menerima hadiah Nobel karena dianggap telah mampu menyampaikan pesan secara meyakinkan krisis lingkungan dalam masyarakat global ini. Sekarang hampir semua orang di dunia menyadari makna pemasanasan global. Mungkin terkecuali beberapa tokoh partai Republik di Amerika, kelompok vested interest dari industri dan para pembabat hutan.
Pengertian manusia sudah demikian meluas tentang fenomena pemanasan global, emisi karbon ke atmosfir, penggundulan hutan tropika basah dan akibat buruk lain di dunia makro kosmos. Namun sebagai pengamat spiritual perilaku manusia, saya masih merasa khawatir karena kesadaran manusia terhadap pemanasan lokal, akibat penggundulan hutan setengah basah (nyemek, seperti istilah bakmi Jawa) belumlah memadai. Jika dibiarkan berlanjut masalah ini juga akan berdampak serius dalam skala mikro kosmos, microenvironment.






BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hutan basah yaitu hutan yang umumnya terdapat di daerah tropika dan subtropika. Pada umumnya terletak di daerah katulistiwa dan merupakan ekosistem dengan keanekaragaman yang tinggi, karena mendapat sinar matahari sepanjang tahun dan kontak dengan air tawar sangat mudah.
Jenis hewan yang hidup di daerah hutan basah adalah jenis hewan primata, antara lain : orang utan, gorila, monyet, simpanse, dan gibbon. Sedangkan jenis tumbuhan yang hidup di daeran hutan basah antara lain : tumbuhan pencekik pohon, pohon jelutung, pohon ramin, pohon rengas, rotan manau dan sebagainya.
Hutan mempunyai peran yang sangat penting pada lingkungan secara menyeluruh. Sejak zaman dahulu, hutan telah menyediakan makanan dan tempat tinggal, tempat berlindung dan bersembunyi dari pemangsanya, serta banyak lagi manfaat lainnya.

B. Saran
Mudah - mudahan apa yang disampaikan dalam makalah ini dapat dijadikan manfaat bagi kita semua. Masih banyak hal yang perlu dilengkapi dalam isi makalah ini, namun kami berharap semoga dari hal yang sekecil ini dapat dipetik manfaat yang besar. Kami berharap semoga dalam penyusunan makalah lebih lanjut, buku referensi serta daftar pustaka lebih diperkaya lagi sehingga apa yang disampaikan lebih lengkap dan lebih jelas.
Saran dari kami yaitu dengan melestarikan hutan basah antara lain :
o Melestarikan kembali habitat asli dari hewan dan tumbuhan langka tersebut.
o Membuat UU tentang perlindungan hewan dan tumbuhan langka.
o Memberdayakan masyarakat setempat untuk melindungi dan melestarikan hewan dan tumbuhan langka.
o Memberikan pelajaran tentang pentingnya pelestarian hutan basah di sekolah -sekolah.


Rantai makanan
By: ajo assifarish

Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-carnivora). Pada setiap tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia.

Ada dua tipe dasar rantai makanan:
Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-herbivora-carnivora.
Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme (detrivora = organisme pemakan sisa) predator.
http://id.wikipedia.org/wiki/Rantai_makanan



Daur Biogeokimia

By : Ajo alvaro

daur-fosfor

daur-fosfor

Kompetensi

Tujuan artikel ini , agar anda dapat:
1. Menyebutkan pengertian Daur Biogeokimia
2. Menyebutkan fungsi Daur Biogeokimia
3. Menjelaskan Daur Nitrogen
4. Menjelaskan Daur Karbon dan Oksigen
5. Menjelaskan Daur Air
6. Menjelaskan Daur Belerang
7. Menjelaskan Daur Posfor

Definisi dan Fungsi Daur Biogeokimia
Definisi
Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup.

Dalam suatu ekosistem, materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang. Materi berupa unsur-unsur penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan makhluk hidup dan batuan (geofisik) sehingga disebut Daur Biogeokimia.

Fungsi
Fungsi Daur Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga.

Macam-macam Daur Biogeokimia

  • Daur Nitrogen
  • Daur Karbon dan Oksigen
  • Daur Air
  • Daur Belerang
  • Daur Posfor

Daur Air

daur-air

daur-air

Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari air di daratan dan laut yang menguap karena panas cahaya matahari. Sebagian besar uap air di atmosfer berasal dari laut karena laut mencapai tigaperempat luas permukaan bumi. Uap air di atmosfer terkondensasi menjadi awan yang turun ke daratan dan laut dalam bentuk hujan. Air hujan di daratan masuk ke dalam tanah membentuk air permukaan tanah dan air tanah.

Tumbuhan darat menyerap air yang ada di dalam tanah. Dalam tubuh tumbuhan air mengalir melalui suatu pembuluh. Kemudian melalui tranpirasi uap air dilepaskan oleh tumbuhan ke atmosfer. Transpirasi oleh tumbuhan mencakup 90% penguapan pada ekosistem darat.

Hewan memperoleh air langsung dari air permukaan serta dari tumbuhan dan hewan yang dimakan, sedangkan manusia menggunakan sekitar seperempat air tanah. Sebagian air keluar dari tubuh hewan dan manusia sebagai urin dan keringat.

Air tanah dan air permukaan sebagian mengalir ke sungai, kemudian ke danau dan ke laut. Siklus ini di sebut Siklus Panjang. Sedangkan siklus yang dimulai dengan proses Transpirasi dan Evapotranspirasi dari air yang terdapat di permukaan bumi, lalu diikuti oleh Presipitasi atau turunnya air ke permukaan bumi disebut Siklus Pendek.

Daur Karbon dan Oksigen

daur-karbon

daur-karbon

Proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab atas perubahan dan pergerakan utama karbon. Naik turunnya CO2 dan O2 atsmosfer secara musiman disebabkan oleh penurunan aktivitas Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya CO2 dan O2 ke atmosfer melalui respirasi hampir menyeimbangkan pengeluarannya melalui fotosintesis.

Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih banyak lagi CO2 ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer meningkat. CO2 dan O2 atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem akuatik, dimana CO2 dan O2 terlibat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan bentuk bahan anorganik lainnya.

Daur Nitrogen

daur-nitrogen

daur-nitrogen

Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan nitrat.

Tahap pertama
Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah. Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.

Tahap kedua
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah menjadi molekul protein.
Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi.

Daur Belerang (Sulfur)

daur-belerang

daur-belerang

Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk hidup di perairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati.
Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4).

Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur di oksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.

Daur Posfor
Posfor merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua makhluk hidup membutuhkan posfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk metabolisme sel.

Posfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO43-). Ion Fosfat terdapat dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke permukaan. Di darat tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah

Herbivora mendapatkan fosfat dari tumbuhan yang dimakannya dan karnivora mendapatkan fosfat dari herbivora yang dimakannya. Seluruh hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan feses.

Bakteri dan jamur mengurai bahan-bahan anorganik di dalam tanah lalu melepaskan pospor kemudian diambil oleh tumbuhan.

LAPORAN OBSERVASI TAMAN
NASIONAL G.CEREMAI
BY : Ajo

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Potensi sumber daya alam Gunung Ciremai yang luar biasa besar, akan sayang jika tidak dioptimalkan pemanfaatannya. Tentunya, pemanfaatan yang tetap dalam koridor konservasi dan kelestarian alam. Selain memiliki fungsi perlindungan tata air dan iklim mikro serta fungsi konservasi lainnya, Gunung Ciremai mempunyai keunikan lain. Yaitu, sebagai suatu ekosistem pegunungan yang dipengaruhi oleh laut Jawa dan pengisi kesenjangan/gap upaya konservasi sumber daya alam antara Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Setidaknya terdapat tiga nilai penting Gunung Ciremai, yaitu pertama, sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan (tata air, erosi, tanah longsor, iklim mikro). Kedua, sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Ketiga, sebagai kawasan pemanfaatan secara lestari berbagai keanekaragaman sumber daya alam hayati beserta
ekosistemnya. Potensi air di gunung ini juga merupakan aset penting. Berdasarkan penelitian di kawasan hutan KPH Majalengka, terdapat sekitar 160 titik mata air dengan debit lebih dari 5.000 liter per detik dengan kualitas air konon terbaik se-Asia Tenggara. Beberapa potensi pariwisata di luar pendakian yang dapat dikembangkan antara lain bumi perkemahan, air terjun, jogging track, dan pemancingan, baik yang berada dalam wilayah administrasi Kuningan maupun
Majalengka.

B.TUJUAN

1. Mendeskripsikan karakteristik hutan pinus dan kawasan pertanian.

2. Mendeskripsikan karakteristik kawasan sungai /ekosistem

3. Mengidentifikasi pola interaksi pada ekosistem yang berada dilokasi pengamatan (kawasan pinus, pertanian, perairan)

C.TUGAS OBSERVASI

1. Mengidentifikasi karakteristik hutan pinus, karakteristik meliputi lingkungan alamiah, sperti struktur tumbuhan tingkat tinggi dan tingkat rendah, dominasi hewan tingkat rendah dan tingkat tinggi

2. Mengidentifikasi kawasan pertanian, karakteristik meliputi lingkungan alamiah sperti struktur tumbuhan tingkat tinggi dan tingkat rendah, dominasi hewan tingkat rendah dan tingkat tinggi.

3. Mengidentifikasi pola interaksi yang terjadi pada ekosistem:

a. Hutan pinus

b. Kawasan pertanian

c. Sungai /perairan (kolam, situ dll. Yang ditemukan saat observasi)

d. Kawasan perbukitan

e. Pemukiman .

BAB II

HASIL OBSERVASI

Sebelum masuk kehasil observasi yang telah kami lakukan disini kami terlebih dahulu akan menjelaskan sekilas tentang gunung ciremai. Gunung Ceremai (seringkali secara salah kaprah dinamakan "Ciremai") secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ceremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare. Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat.

Vulkanologi dan geologi

Gunung Ceremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, gunungapi magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan Gunung Galunggung, Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Patuha hingga Gunung Tangkuban Perahu) yang terletak pada Zona Bandung.

Ceremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di sebelah G. Ceremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk Kaldera Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa G. Ceremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu (Situmorang 1991). Letusan G. Ceremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ceremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ceremai.

Kawasan perairan atau sungai kita menemukan sungai yang berbatu dalam sungai berbatu itu bnyak terjadi pola interaksi

Keanekaragaman hayati

Vegetasi

Hutan-hutan yang masih alami di Gunung Ceremai tinggal lagi di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan hutan produksi Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii), atau semak belukar, yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian besar hutan-hutan di bawah ketinggian 2100 m dpl. dikelola dalam bentuk wanatani (agroforest) oleh masyarakat setempat.

Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin seseorang mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut tipe-tipe hutan pegunungan bawah (submontane forest), hutan pegunungan atas (montane forest) dan hutan subalpin (subalpine forest), dan kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah

Lebih jauh, berdasarkan keadaan iklim mikronya, LIPI (2001) membedakan lingkungan Ciremai atas dataran tinggi basah dan dataran tinggi kering. Sebagai contoh, hutan di wilayah Resort Cigugur (jalur Palutungan, bagian selatan gunung) termasuk beriklim mikro basah, dan di Resort Setianegara (sebelah utara jalur Linggarjati) beriklim mikro kering.

Secara umum, jalur-jalur pendakian Palutungan (di bagian selatan Gunung Ciremai), Apuy (barat), dan Linggarjati (timur) berturut-turut dari bawah ke atas akan melalui lahan-lahan pemukiman, ladang dan kebun milik penduduk, hutan tanaman pinus bercampur dengan ladang garapan dalam wilayah hutan (tumpangsari), dan terakhir hutan hujan pegunungan. Sedangkan di jalur Padabeunghar (utara) vegetasi itu ditambah dengan semak belukar yang berasosiasi dengan padang ilalang. Pada keempat jalur pendakian, hutan hujan pegunungannya dapat dibedakan lagi atas tiga tipe yaitu hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas dan vegetasi subalpin di sekitar kawah. Kecuali vegetasi subalpin yang diduga telah terganggu oleh kebakaran, hutan-hutan hujan pegunungan ini kondisinya masih relatif utuh, hijau dan menampakkan stratifikasi tajuk yang cukup jelas.

Margasatwa

Keanekaragaman satwa di Ceremai cukup tinggi. Penelitian kelompok pecinta alam Lawalata IPB di bulan April 2005 mendapatkan 12 spesies amfibia (kodok dan katak), berbagai jenis reptil seperti bunglon, cecak, kadal dan ular, lebih dari 95 spesies burung, dan lebih dari 20 spesies mamalia. Beberapa jenis satwa itu, di antaranya: Bangkong bertanduk (Megophrys montana),Percil Jawa (Microhyla achatina),Kongkang Jangkrik (Rana nicobariensis), Kongkang kolam (Rana chalconota) Katak-pohon Emas (Philautus aurifasciatus) Bunglon Hutan (Gonocephalus chamaeleontinus) Cecak Batu (Cyrtodactylus sp.) Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus), Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Puyuh-gonggong Jawa (Arborophila javanica) , Walet Gunung (Collocalia vulcanorum), Takur Bultok (Megalaima lineata), Takur Tulung-tumpuk (Megalaima javensis), Berencet Kerdil (Pnoepyga pusilla), Anis Gunung (Turdus poliochepalus), Tesia Jawa (Tesia superciliaris), Ceret Gunung (Cettia vulcania), Kipasan Ekor-merah (Rhipidura phoenicura), Burung-madu Gunung (Aethopyga eximia), Burung-madu Jawa (Aethopyga mystacalis), Kacamata Gunung (Zosterops montanus), Tenggiling (Manis javanica), Tupai kekes (Tupaia javanica), Kukang (Nycticebus coucang), Lutung Surili (Presbytis comata), Lutung Budeng (Trachypithecus auratus), Ajag (Cuon alpinus), Teledu Sigung (Mydaus javanensis), Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis), Macan Tutul (Panthera pardus), Kancil (Tragulus javanicus), Kijang (Muntiacus muntjak), Jelarang Hitam (Ratufa bicolor), Landak Jawa (Hystrix javanica).

Setelah kami melakukan observasi di taman nasional gunung ciremai kami mendapatkan hasil sebagai berikut:

1.Karakteristik kawasan hutan pinus

hutan pinus ketinggian 1.908 meter dpl mempunyai vegetasi jenis pinus yang ada di kawasan taman nasional gunung ceremai ini bercampur dengan kawasan perkebunan masyarakat masuk kedalam kawasan Sistem agroforestri kompleksdimana interaksi disini hutan pinus selai sebagai daerah penyimpan air juga ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan energi matahari, meminimalkan hilangnya unsur hara di dalam sistem, mengoptimalkan efesiensi penggunaan air dan meminimalkan run off serta erosi.

Hewan tingkat rendah yang ada/ yang kami jumpai disini membentuk Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu. Disini juga terjadi Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk jaring-jaring makanan.meskipun kami tidak melihat hewan-hewan yang lain.dari hasil wawancara kami dengan pemandu ternyata di vegetasi jenis pinus terdapat hewan-hewan lain di antaranya di antaranya: Bangkong bertanduk (Megophrys montana),Percil Jawa (Microhyla achatina),Kongkang Jangkrik (Rana nicobariensis), Kongkang kolam (Rana chalconota) Katak-pohon Emas (Philautus aurifasciatus) Bunglon Hutan (Gonocephalus chamaeleontinus) Cecak Batu (Cyrtodactylus sp.)dll.sedangkan hewan tingkat tinggi seperti harimau dll. Kami tidak menjumpai dikawasan ini tapi hasil wawancara kami dengan pemandu disini juga hidup Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis), Macan Tutul (Panthera pardus), Kancil (Tragulus javanicus), Kijang (Muntiacus muntjak),dll

2.Karakteristik kawasan pertanian

kawasan pertanian di sekitar taman nasional gunung ceremai termasuk kedalam Agroforestry. Agroforestry ini merupakan suatu sistem pertanian dengan mengkombinasikan beberapa komponen tanaman hutan dengan tanaman pertanian, dimana sistem ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi lahan, pelestarian lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setelah kami melakukan observasi kawasan pertanian, di taman nasional gunung ciremai ini terdapat dua tipe Agroforestry yaitu agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks.

Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, melinjo, petai, jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubi kayu, sayur-sayuran dan rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya. Agroforestri sederhana ini berada di daerah bawah/kaki gunung ceremai, disini biasanya di tumbuhi/ ditanami tumbuhan tingkat rendah ataupun jenis tumbuhan pangan sperti sayur-sayuran kacang-kacangan dan dll, hasil pengamatan kami didaerah ini terdapat berbagai jenis sayur-sayuran seperti wortel, kol, sawi , kubis, kentang, wortel, cabai dll.

Sistem agroforestri kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah besar. Ciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, agroforestri komplek ini berada di atasnya daerah agroforestri sederhana.biasanya didominasi oleh tumbuhan tingkat tinggi yang baik ditanam secara sengaja atau alami sebagai contoh terdapat tumbuhan nangka, palem, pinus dll.

Dalam sistem agroforestry terdapat interaksi ekologis dan ekonomis antara komponen-komponen yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan energi matahari, meminimalkan hilangnya unsur hara di dalam sistem, mengoptimalkan efesiensi penggunaan air dan meminimalkan run off serta erosi. Dengan demikian mempertahankan manfaat-manfaat yang dapat diberikan oleh tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara dengan tanaman pertanian konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan yang dihasilkan dari lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya.

Agroforestry disini memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi produksi dan fungsi konservasi. Fungsi produksi yaitu dengan adanya agroforestry dapat meningkatkan produksi pangan, pakan, bahan ternak, bahan produksi, dan ekonomi masyarakat. Sedangkan fungsi konservasi yaitu agroforestry dapat memperbaiki dan melindungi tanah.

3.Interaksi ekosistem sungai

Kawasan perairan atau sungai kita menemukan sungai yang berbatu dalam sungai berbatu itu bnyak terjadi pola interaksi ,pada saat kita berjalan-jalan di tepi sungai, terutama sungai yang berbatu-batu, kita dapat melihat sepintas bahwa komponen abiotik seperti batu-batu itu hampir tidak memiliki peran dan fungsi di dalam bangun ekosistem, khsususnya dalam bentuk kemanfaatan bagi komponen biotik. Tapi kenyataannya tidak demikian, karena di sela-sela, di bawah, dan di permukaan batu-batu itu, ada cukup banyak mahluk hidup yang menggantungkan hidupnya. Sebagai komponen abiotik, memang batu itu bukan sumber produsen, yang menyediakan makanan bagi hewan. Tetapi batu-batu itu tidak kecil perannya sebagai media dalam tumbuhnya beberapa jamur dan ganggang, yang kemudian memancing berbagai jazad renik (microorganism), yang menjadi bagian paling mendasar dalam sebuah ekosistem. Keberadaan jamur, ganggang, dan jazad renik menjadi sumber makanan bagi beberapa jenis serangga, dan serangga akan menjadi sumber makanan bagi jenis satwa yang lebih besar. Batu-batu itu pada akhirnya memiliki peran sentral dalam rantai makanan, yaitu sebagai media antara, dan karena itu fungsinya menjadi sangat penting. Keberadaan batu juga menjadi penting dikaitkan dengan perlunya para serangga dan lainnya memiliki tempat berlindung, tempat beristirahat dan sebagian menjadikannya tempat untuk bertelur. Batu pada tebing sungai, memiliki kemampuan untuk membangun kelembaban, serta menahan berbagai seresah hutan yang hanyut, yang kemudian mengalami dekomposisi, dan menjadi sumber makanan langsung atau sebagai media tumbuh. Kondisi ini menjadikan batu sebagai relung yang lengkap, menurut ukuran serangga yang menghuninya, terutama terkait dengan tingkat kebutuhan dan keamanannya.

Jenis-jenis serangga yang dapat ditemukan menghuni relung berupa tumpukan bebatuan sungai, umumnya berupa beberapa jenis kepik, lalat, belalang, capung, laba-laba, dan nyamuk; kemudian beberapa jenis dari Ordo Hymenoptera, yang lebih merupakan serangga tamu di bebatuan. Juga dapat ditemukan beberapa jenis kupu-kupu, tetapi juga sebagai serangga tamu, yang datang hanya untuk menghisap garam-garaman. Dari kekerabatan lain, dapat ditemukan luwing atau kaki-seribu, dan sebagai konsumen paling dominan adalah katak, tikus, burung dan ular.dll

Dikawasan perbukitan hasil pengamatan kami kawasan ini dimanfaatkan oleh penduduk sekitar dijadikan lahan pertanian , ditanami jenis sayur-sayuran dan yang lainnya.

Dipemukiman penduduk disekitar taman nasional gunung ceremai ini masyarakat selain bertani mereka juga berternak sapi dan yang lainnya, adapula yang bermata pencaharian berdagang dikawasan wisata

BAB II

MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

A.MASALAH

setumpuk problem menghadang pengembangan sumber daya alam yang ada. Kebakaran hutan di kawasan Ciremai hampir setiap tahun menjadi ancaman sangat potensial dan merepotkan petugas serta masyarakat sekitar hutan. Pada 2002, tercatat hampir 500 ha kawasan hutan Ciremai terbakar. Yang terbaru,
kebakaran hutan seluas 200 ha yang terjadi pada Sabtu (11/9/2009). Permasalahan lain yang juga cukup merepotkan adalah adanya interaksi dan ekspansi masyarakat dalam kawasan hutan cukup tinggi akibat keterbatasan lahan milik masyarakat. Sesuai data Perhutani Majalengka, kawasan hutan Gunung Ciremai yang digarap tumpangsari oleh masyarakat mencapai 750 ha dengan jumlah penggarap lebih dari 2.000 kepala keluarga (KK).

Komoditas yang diusahakan masyarakat, umumnya sayuran dan palawija
yang pengolahannya sangat intensif sehingga mempercepat degradasi tanah. Adanya surat edaran gubernur Jawa Barat dan bupati Majalengka yang berisi larangan tumpangsari pada hutan lindung menyebabkan luas lahan garapan masyarakat perlahan mulai berkurang. Diharapkan, semua penggarap sudah beralih lokasi dan beralih komoditas. Melihat potensi yang sedemikian besar, permasalahan tersebut di atas tidak perlu terlalu dirisaukan. Kendala (threat) seperti dalam analisis SWOT dapat diubah menjadi peluang (opportunity). Tentunya, jika dikelola secara sistematis, terpadu, dan terencana.

B.PEMECAHAN MASALAH

Untuk memecahkan masalah ini perlu adanya rencana dan strategi pengolahan yang tepat. Rencana dan Strategi Pengelolaan Kawasan Ciremai Guna menyusun renstra Kawasan Ciremai yang tepat menurut kami ada empat hal yang perlu mendapat perhatian.:

Pertama, pengelolaan kawasan Ciremai secara kolaboratif. Interaksi masyarakat sekitar kawasan Ciremai yang sedemikian intens dan sudah berlangsung berpuluh tahun, tidak mungkin diabaikan. Guna menghindar konflik sosial, keberadaan dan kontribusi mereka selama ini tetap harus mendapat porsi proporsional.
Pengelolaan yang melibatkan semua komponen masyarakat secara
kolaboratif dan saling menguntungkan diharapkan akan menumbuhkan sinergi antara penghasilan masyarakat dan terjaganya kualitas lingkungan.

Kedua, pembagian zonasi kawasan sesuai karakteristik tegakan dan lahan. Untuk mempertahankan kualitas lingkungan, pembagian zonasi mutlak diperlukan dan harus dilaksanakan secara konsekuen. Hal ini untuk menghindari interaksi masyarakat terlalu tajam dan akan merusak stabilitas alam. Zonasi dibagi menjadi zona/kawasan inti, zona pemanfaatan sebagai penyangga/buffer zone, dan zona lain. Zona lain yang dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri ini dimaksudkan untuk mengakomodir kepentingan lainnya seperti ketergantungan penduduk tradisional setempat dan rehabilitasi kawasan.

Ketiga, percepatan reboisasi dan reklamasi dengan prioritas daerah
tangkapan air secara partisipatif dan tepat sasaran, sesuai skala prioritas. Hal ini untuk meningkatkan daya tangkal alam terhadap gangguan seperti longsor serta untuk menekan laju deforestrasi/kerusakan hutan akibat pencurian dan kebakaran. Jenis tanaman untuk program reboisasi ini diprioritaskan tegakan endemik/lokal.

Keempat, optimalisasi pemanfaatan sumber daya hutan non-kayu secara bijaksana. Sesuai potensi yang ada, kawasan Gunung Ciremai kaya akan potensi wisata alam yang sangat prospektif jika dikembangkan secara serius. Tentu pengelolaan wisata alam yang tidak merusak bentang alam dan tetap mempertahankan eksistensi alam dan kearifan budaya lokal. Melihat potensi yang ada, sebenarnya kawasan Ciremai dapat dikelola secara ideal sebagai taman nasional

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Dapat kami simpulkan Hutan-hutan yang masih alami di Gunung Ceremai tinggal ada di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan hutan produksi Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii), atau semak belukar, yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian besar hutan-hutan di bawah ketinggian 2100 m dpl. dikelola dalam bentuk wanatani (agroforest) oleh masyarakat setempat.

B.SARAN

Untuk mewujudkan Taman Nasional Gunung Ciremai yang optimal pihak pengelolah harus bisa melaksanakan hal-hal di bawah ini:

1. Memantapkan pengelolaan TNGC sebagai model pengelolaan taman nasional kolaboratif

2. Memantapkan pengelolaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya(SDAHE) sebagai kawasan konservasi, perlindungan dan jasa lingkungan.

3. Memantapkan perlindungan kawasan dan penegakan hukum (Law enforcement).

4. Mengembangkan secara optimal pemanfaatan SDAHE berdasarkan prinsip kelestarian danmemberikan manfaat optimal bagai masyarakat.

5. Mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan SDAHE.

DAFTAR PUSTA

http://uwityangyoyo.wordpress.com/

http://gunungceremai//wikipedia.com/

http://tamannasionalgunungceremai//com

http://tamannasionalgunungceremai//kompas//co.id

tanggal akses: 25 November 2009 pukul 21.30 WIB.

Sumber lain : hasil wawancara dengan pemandu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar